Tuesday 17 October 2017

DUMMY OUTPUT OASEKSPLORASI

Hari ini aku mencoba menulis sebuah cerita karangan dengan tema misteri. Sebagai latihan membuat output yang sudah direncanakan. Ibuku menulisan tiga paragraf sebagai pancingan untuk aku teruskan.

Rasanya menyenangkan. Membuat sebuah cerita sendiri dengan imajinasi ku sendiri. Tetapi ada kesulitannya juga yaitu dalam meletakan tanda baca. Untuk ide dan alur itu mengalir begitu mudah dalam otakku dan tanpa sadar sudah banyak sekali yang ditulis. Menurut ibuku untuk tulisan karang pertama ini sudah cukup baik, deskripsinya cukup rinci dan suasana misterinya sudah terbangun tapi logika cerita, dan kesatuan ide harus di latih lagi. Tulisan selanjutnya harus menggunakan kerangka pikiran supaya cerita tidak melantur kemana-mana.

Ini adalah hasil tulisanku


RUMAH DI UJUNG JALAN FLAMBOYAN
Aku menggosok-gosok map hijau di tanganku, sambil memandang rumah itu dengan ragu. Rumah di ujung jalan itu adalah rumah terakhir yang harus kudatangi, dengan membawa map berisi daftar penyumbang untuk kegiatan 17an yang diadakan Karang Taruna RW. Semua panitia disebar untuk menggalang dana dari warga, dan kebetulan aku bertugas di jalan Flamboyan ini.

Dan malam ini, sudah semua rumah kudatangi, kecuali rumah paling ujung. Menurut tetangga, rumah itu bukan rumah kosong, karena lampu dinyalakan tiap malam. Tapi mereka sendiri tidak pernah tau dengan jelas siapa isinya.

Pelan aku mendekati pagar yang berkarat. Tidak dikunci, jadi aku mendorongnya dan masuk. Halamannya yang kecil tampak tak terawat, barang bekas bertumpuk di sudut-sudut. Namun, lampu rumah menyala. Aku memberanikan mengetuk pintu sambil mengucap salam.

Tak ada jawaban. Kuketuk sekali lagi, tapi tetap tak ada reaksi. Ya sudah, aku berbalik hendak melangkah pulang, ketika terdengar decit engsel pintu yang membuka.
-----------------------------------
Kreeekk.

Bunyinya seperti engsel pintu tua yang sudah lama tidak diberi oli. Betapa terkejutnya aku ketika melihat ternyata tidak ada orang dan pintu itu ternyata tidak dikunci! Di dalam terlihat redup dan aku mencium bau busuk.

Perasaanku mulai tidak enak. Aku memutuskan untuk tidak masuk, tapi seketika angin berhembus kencang dan meniup map hijauku. Kertas-kertas pendafataran pun terjatuh dan berserakan. Uang sumbangan tertiup kesana kemari dan banyak yang masuk ke dalam rumah tadi karena pintunya tidak ditutup.

Betapa paniknya aku. Jika uang sumbangan ini hilang aku akan dapat masalah besar, karena aku sudah pernah berulah saat 17an tahun lalu dan dapat hukuman yang berat. Tanpa berpikir panjang aku memunguti uang sumbangan satu per satu.

Saat aku mulai memasuki rumah tersebut, dan langsung mencoba menekan saklar lampu. Ternyata lampu ruang tamu tidak berfungsi. Jadi aku mengambil hp dari saku baju dan menyalakan flash hp sebagai senter.

Aku melihat ruangan tamu yang cukup besar. Terlihat satu sofa besar berwarna hitam yang sudah usang dan berdebu. Kelihatannya agak basah dan baunya seperti kencing tikus. Di depannya ada meja kayu kecil. Terlihat ada suntikan dan plastik kecil yang berisi bubuk putih. Yang mengejutkan adalah aku menemukan sebuah gelas di bawah meja. Isinya terlihat seperti air putih biasa dan di dalamnya ada batu es yang belum mencair. Seketika aku langsung merinding sekaligus penasaran siapa sebenarnya yang tinggal di rumah ini.

Suasananya sangat sunyi dan mencekam tapi karena penasaran aku memberanikan diri berjalan ke ruang tengah. Di sana ada sebuah meja makan panjang yang hanya memiliki satu kursi. Di atasnya ada topeng putih dan sebuah pisau dapur yang berlumuran darah. Aku mencium bau busuk yang sangat pekat dari bawah meja.

Ketika aku melihat ke bawah meja, aku melihat sebuah pintu besi. Aku mengetuknya dan bisa merasakan pintu ini sangat tebal. Aku memutar sebuah kenop besar dan pintu itu terbuka. Ada hawa dingin keluar dari pintu itu. Aku melihat tangga kayu menuju ke bawah ruangan. Di bawah sangat terang dengan ubin berwarna hijau dan tembok berwarna putih. Lalu terdengar sebuah teriakan, Tolooongg. dari bawah pintu. Suaranya berat dan seperti   tidak asing lagi bagiku. Aku pun langsung bergegas kebawah.

Alarm hp ku berbunyi. Pukul 10:30 malam aku teringat harus segera mengumpulkan uang sumbangan ke rumah Pak RT. Tapi baru setengah jalan menuruni tangga, terdengar suara langkah kaki sedang mendekat ke arah meja. Aku bisa mendengar dua orang yang sedang berbicara. Aku tidak mengenali suaranya, tapi yang jelas keduanya sedang membicarakan pintu yang terbuka dan map hijau berisi uang.

Aku berlari ke dalam ruangan. Aku melihat banyak toples besar berisi cairan kimia yang didalamnya terdapat organ tubuh manusia, mulai dari jantung, ginjal, paru-paru hingga bola mata. Aku mulai kedinginan karena ruangan ini sangat dingin. Mendengar seseorang membuka pintu besi, aku bersembunyi di balik salah satu toples.

Tak lama kemudian terdengar pintu besi terbuka dan ada seorang pria besar menggunakan jaket motor dan topeng putih sedang menyeret seseorang. Orang yang dibawanya itu meronta-ronta. Tangan dan kakinya diikat wajahnya ditutupi oleh karung. Dia terlihat hanya menggunakan celana dalam.

(BERSAMBUNG)   


PENDALAMAN OUTPUT 2

Ini adalah tulisan tentang pendalaman outputku yaitu cerpen. Cerpen membutuhkan kemampuan dan bahan. Kemampuan yang dibutuhkan adalah kemampuan menulis dan mencari data. Mencari data bisa lewat wawancara dan internet sedangkan menulis bisa lewat latihan rutin.

Unsur yang di perlukan untuk membuat cerpen yang baik adalah tokoh yang menarik, tema yang bagus, latar yang kuat, gaya bahasa, alur, dan amanat. Semua poin-poin tersebut disebut juga dengan unsur intrinsik dan ini adalah hal-hal yang membentuk sebuah cerpen.

Yang pertama aku cari di Pulau Harapan adalah latar karena bisa diamati langsung. Latar meliputi kebiasaan/budaya mereka, gaya berbahasanya, tempat, profesi, cara hidup, struktur masyarakat dan sejarah. Itu semua bisa didapatkan dengan cara pengamatan wawancara dan internet. Setelah latar barulah aku harap muncul inspirasi dan mulai memutuskan tema, alur yang menarik, tokoh dan amanat dalam ceritanya.

 https://coggle-downloads.s3.amazonaws.com/19bba5165032696df85dc1ba27055757f1790a4dce1721e07d72bc15d3ed11e8/Cerpen.png