PERJALANAN
Di hari kedua semua anak diwajibkan ikut ke Pulau Perak dan Kayu
Angin Bira. Jadwalnya sih kita akan membersihkan pantai Pulau Kayu Angin Bira
selama kurang lebih 2-3 jam, snorkeling, lalu berenang di Pantai Perak.
Sekitar jam 7 kurang kita semua sudah berkumpul di dermaga
Pulau Harapan. Setelah sedikit briefing dari mentor kita pun langsung ke
berangkat ke Pulau Kayu Angin Bira. Sekitar 45 menit kemudian kita sampai di
sana. Sebelum kita mulai memungut sampah, kakak-kakak Polhut memberikan sedikit
pengarahan dan informasi tentang pulau tersebut. Salah satunya tentang penyu.
Kata kakak-kakak dari Polhut, Pulau Kayu Angin Bira adalah
tempat penyu menaruh telur mereka. Biasanya mereka datang untuk menaruh telur
mereka pada awal tahun. Karena ini sudah akhir tahun, sudah tidak ada lagi
penyu bertelur. Yang tersisa hanya lubang bekas mereka menaruh telur.
Penyu biasanya memilih tempat yang agak jauh dari bibir
pantai untuk menaruh telur mereka. Kriteria tempat penyu menaruh telur
seingatku adalah tempat yang rindang dan agak tersembunyi agar aman dari
pemangsa seperti biawak. Pasir tempat menaruh telur biasanya kasar agar tukik
lebih mudah menggali ke permukaan.
Penyu sendiri sekali bertelur bisa sampai 200 butir, tapi
yang berhasil sampai laut hanya sekitar 5. Belum lagi ada pemangsa di bawah air
seperti hiu dan ikan lain sudah menunggu. Karena sangat sedikit yang bisa
selamat penyu bisa punah. Maka dari itu dibentuklah penangkaran penyu oleh
taman nasional untuk melestarikan penyu. Ketika penyu mulai masuk musim
bertelur, Polhut datang ke Pulau Kayu Angin Bira secara rutin sekitar jam 5
pagi untuk membawa telur-telur ke penangkaran. Kalau Polhut datang kesiangan
biasanya telur penyu sudah habis dimakan biawak.
Pulau Kayu Angin Bira adalah pulau dengan pantai pasir putih
yang di tengahnya masih ada hutan kecil yang dihuni oleh biawak. Di perairan
dangkalnya penuh dengan karang, ada juga bulu babi dan sesekali kita bisa
melihat ikan pari lewat. Sayangnya pulau ini penuh dengan sampah. Kata
kakak-kakak Polhut, sampah di sini bukan dari Pulau Harapan atau sekitarnya
melainkan sampah kiriman dari Jakarta.
Setelah 3 jam mengumpulkan sampah, terkumpullah 8 kantong
penuh sampah. Kita mengangkutnya ke dalam kapal lalu pergi snorkeling.
Setibanya kami di titik snorkeling, kami langsung mengunakan peralatan dan
masuk ke air.
Airnya tenang dan tidak terlalu berombak pas untuk pemula
yang baru pertama kali snorkeling seperti kami. Angin berhembus tenang,
matahari di atas kepala, cuacanya cerah sekali. Di bawah air aku bisa melihat
banyak ikan kecil dan berbagai jenis terumbu karang. Ada perairan yang dangkal sekitar 3 meter dan ada
juga yang dalam sekitar 6 meter.
Aku mencoba menyelam dan rasanya luar biasa, pengalaman baru.
Aku baru pertama kali merasakan tekanan air dan melihat ikan laut. Setelah 35
menit snorkeling kita langsung melanjutkan perjalanan ke Pulau Perak untuk
makan siang. Setelah makan siang, kita berenang di pantai pasir putih ini
selama 3 jam dan akhirnya pulang. Ketika perjalanan pulang hampir semua anak
tertidur termasuk aku.
Ketika sampai di dermaga Pulau Harapan waktu menunjukan
pukul 15:30. Aku dan tim pulang ke rumah inang untuk mandi dan sholat, lalu
pergi lagi melihat pohon mangrove di Pulau Kelapa. Setelah itu kita makan bakso
dan cilung di dermaga.
Pukul 5:45 kita kembali ke rumah inang dan bersiap sholat
magrib berjamaah di masjid. Setelah dari masjid aku beli minum dan makan
bersama keluarga inang. Aku dan Pak Saud mengobrol tentang pengalaman Pak Saud selama
jadi nelayan. Dia bercerita banyak hal dari awal dia jadi nelayan sampai
sekarang, perjalanan memancing ikan selama 7 hari 7 malam dan banyak lagi.
Setelah puas mengobrol aku kembali ke kamar untuk menulis jurnal dan akhirnya
aku tertidur sambil memegang buku jurnal.
WAWANCARA
Di hari kedua aku mendapatkan banyak informasi dari ngobrol.
Di pagi hari aku ngobrol dengan Polhut tentang penyu dan Pulau Kayu Angin Bira.
Sorenya aku ngobrol dengan pedangang makanan, dan malamnya aku ngobrol bersama Pak
Saud tentang kehidupan nelayan.
KELUARGA INANG
Entah kenapa keluarga inang tidak pernah mau diajak makan
bersama. Mereka selau bilang sudah makan dan alasan lainnya.
ZEROWASTE
Aku hanya menghasilkan 3 buah tusuk kayu dari cilung yang ku
beli di dekat dermaga. Menurutku ini sudah cukup sedikit.
BUDGET
cilung udin 22rb
minuman taro 15rb
mie bakso 10rb
leker 10rb
kopi 5rb
total 67rb
No comments:
Post a Comment