Monday 20 November 2017

JURNAL PERJALANAN HARI KE 2


PERJALANAN  

Di hari kedua semua anak diwajibkan ikut ke Pulau Perak dan Kayu Angin Bira. Jadwalnya sih kita akan membersihkan pantai Pulau Kayu Angin Bira selama kurang lebih 2-3 jam, snorkeling, lalu berenang di Pantai Perak.
 
Sekitar jam 7 kurang kita semua sudah berkumpul di dermaga Pulau Harapan. Setelah sedikit briefing dari mentor kita pun langsung ke berangkat ke Pulau Kayu Angin Bira. Sekitar 45 menit kemudian kita sampai di sana. Sebelum kita mulai memungut sampah, kakak-kakak Polhut memberikan sedikit pengarahan dan informasi tentang pulau tersebut. Salah satunya tentang penyu.

Kata kakak-kakak dari Polhut, Pulau Kayu Angin Bira adalah tempat penyu menaruh telur mereka. Biasanya mereka datang untuk menaruh telur mereka pada awal tahun. Karena ini sudah akhir tahun, sudah tidak ada lagi penyu bertelur. Yang tersisa hanya lubang bekas mereka menaruh telur.
Penyu biasanya memilih tempat yang agak jauh dari bibir pantai untuk menaruh telur mereka. Kriteria tempat penyu menaruh telur seingatku adalah tempat yang rindang dan agak tersembunyi agar aman dari pemangsa seperti biawak. Pasir tempat menaruh telur biasanya kasar agar tukik lebih mudah menggali ke permukaan.

Penyu sendiri sekali bertelur bisa sampai 200 butir, tapi yang berhasil sampai laut hanya sekitar 5. Belum lagi ada pemangsa di bawah air seperti hiu dan ikan lain sudah menunggu. Karena sangat sedikit yang bisa selamat penyu bisa punah. Maka dari itu dibentuklah penangkaran penyu oleh taman nasional untuk melestarikan penyu. Ketika penyu mulai masuk musim bertelur, Polhut datang ke Pulau Kayu Angin Bira secara rutin sekitar jam 5 pagi untuk membawa telur-telur ke penangkaran. Kalau Polhut datang kesiangan biasanya telur penyu sudah habis dimakan biawak.

Pulau Kayu Angin Bira adalah pulau dengan pantai pasir putih yang di tengahnya masih ada hutan kecil yang dihuni oleh biawak. Di perairan dangkalnya penuh dengan karang, ada juga bulu babi dan sesekali kita bisa melihat ikan pari lewat. Sayangnya pulau ini penuh dengan sampah. Kata kakak-kakak Polhut, sampah di sini bukan dari Pulau Harapan atau sekitarnya melainkan sampah kiriman dari Jakarta.

Setelah 3 jam mengumpulkan sampah, terkumpullah 8 kantong penuh sampah. Kita mengangkutnya ke dalam kapal lalu pergi snorkeling. Setibanya kami di titik snorkeling, kami langsung mengunakan peralatan dan masuk ke air.

Airnya tenang dan tidak terlalu berombak pas untuk pemula yang baru pertama kali snorkeling seperti kami. Angin berhembus tenang, matahari di atas kepala, cuacanya cerah sekali. Di bawah air aku bisa melihat banyak ikan kecil dan berbagai jenis terumbu karang. Ada  perairan yang dangkal sekitar 3 meter dan ada juga yang dalam sekitar 6 meter.

Aku mencoba menyelam dan rasanya luar biasa, pengalaman baru. Aku baru pertama kali merasakan tekanan air dan melihat ikan laut. Setelah 35 menit snorkeling kita langsung melanjutkan perjalanan ke Pulau Perak untuk makan siang. Setelah makan siang, kita berenang di pantai pasir putih ini selama 3 jam dan akhirnya pulang. Ketika perjalanan pulang hampir semua anak tertidur termasuk aku.

Ketika sampai di dermaga Pulau Harapan waktu menunjukan pukul 15:30. Aku dan tim pulang ke rumah inang untuk mandi dan sholat, lalu pergi lagi melihat pohon mangrove di Pulau Kelapa. Setelah itu kita makan bakso dan cilung di dermaga.

Pukul 5:45 kita kembali ke rumah inang dan bersiap sholat magrib berjamaah di masjid. Setelah dari masjid aku beli minum dan makan bersama keluarga inang. Aku dan Pak Saud mengobrol tentang pengalaman Pak Saud selama jadi nelayan. Dia bercerita banyak hal dari awal dia jadi nelayan sampai sekarang, perjalanan memancing ikan selama 7 hari 7 malam dan banyak lagi. Setelah puas mengobrol aku kembali ke kamar untuk menulis jurnal dan akhirnya aku tertidur sambil memegang buku jurnal.

WAWANCARA

Di hari kedua aku mendapatkan banyak informasi dari ngobrol. Di pagi hari aku ngobrol dengan Polhut tentang penyu dan Pulau Kayu Angin Bira. Sorenya aku ngobrol dengan pedangang makanan, dan malamnya aku ngobrol bersama Pak Saud tentang kehidupan nelayan.

KELUARGA INANG

Entah kenapa keluarga inang tidak pernah mau diajak makan bersama. Mereka selau bilang sudah makan dan alasan lainnya.

ZEROWASTE

Aku hanya menghasilkan 3 buah tusuk kayu dari cilung yang ku beli di dekat dermaga. Menurutku ini sudah cukup sedikit.

BUDGET

cilung udin 22rb
minuman taro 15rb
mie bakso 10rb
leker 10rb
kopi 5rb
total 67rb

No comments:

Post a Comment